Khlorine, band eksperimental asal Bandung, merilis single “Silika”. Band yang memadukan genre emo-gazecore dengan sentuhan post-hardcore
Otakotormedia – Bandung kembali melahirkan talenta musik yang unik dan penuh ekspresi. Salah satunya adalah Khlorine, unit quintet eksperimental yang memadukan genre emo-gazecore dengan sentuhan post-hardcore.
Khlorine tidak sekadar menciptakan musik, mereka membangun pengalaman emosional yang mendalam bagi para pendengarnya, menjadikan setiap lagu sebagai refleksi atas realitas dunia yang penuh kompleksitas.
Mengusung nuansa melankolis yang berbalut semangat, musik Khlorine menjadi medium untuk mengungkapkan perasaan yang sulit diutarakan dengan kata-kata.
Mereka membawa pesan-pesan penuh makna melalui eksplorasi musik yang berani, menghadirkan perjalanan emosional yang otentik dan relevan.
Lagu “Silika”, Perasaan yang Terjebak Dalam Kenangan
Salah satu karya terbaru mereka, “Silika”, adalah gambaran perasaan yang muncul ketika kita terjebak dalam kenangan luka dan kesedihan masa lalu. Dalam keheningan dan keterasingan, ia mendengar bisikan untuk bangkit dan menghadapi realitas.
Seiring waktu, memori yang membatu mulai mencair, memberi ruang bagi cahaya dan harapan. Lagu ini bukan hanya sekadar alunan musik, tetapi juga sebuah refleksi atas rasa sakit, penerimaan, dan transformasi menuju pemulihan diri.
Visualisasi Emosi dalam Video Musik “Silika”
Untuk menyempurnakan pengalaman emosional, Khlorine merilis musik video untuk lagu “Silika”. Video ini menggambarkan perjalanan batin seseorang yang terjebak dalam kenangan luka dan kesedihan masa lalu.
Dengan visual yang intens dan penuh makna, video musik ini berhasil menyampaikan pesan emosional dari lagu “Silika” secara mendalam.
Debut EP Khlorine
“Silika” dan “Kala Batas” merupakan track yang diambil dari debut EP Khlorine yang akan dirilis beberapa bulan ke depan.
EP ini diharapkan dapat menjadi karya yang memperkenalkan identitas musikal Khlorine kepada publik dan memperluas pengaruh mereka di industri musik.
Lebih lanjut, Khlorine bernaung di bawah kolektif dan label independen 40124.
Reverge, Khlorine terdiri dari lima musisi dengan latar belakang yang beragam: Jubran Martawidjaja (vokal), putra dari Yukie PAS; Oktav Mutter (drum) drummer Punitive dan Post-Human, sekaligus putra dari Richard Mutter.
Selanjutnya ada Luthfi Ghifary (gitar), yang juga bermain bersama Colorblind; Domu (gitar), juga gitaris Post-Human; dan Andra Yudhistira (bass), yang dikenal pula sebagai drummer di Carve the Wrath.
Khlorine berupaya menyuarakan perasaan dan refleksi atas realitas yang terjadi di sekitar kita, membawa pendengar dalam perjalanan emosional yang jujur dan penuh intensitas.
Dengan balutan nuansa melankolis yang berpadu dengan energi mentah, musik mereka menjadi medium untuk menyampaikan cerita dan emosi yang tak selalu mudah diungkapkan lewat kata-kata.
