Otakotormedia – Resensi Buku: Risalah Singkat Panduan Melawan buku Menuju Demokrasi Tanpa Kekerasan.
Banyak buku tiba tiba terasa kontekstual lagi, terutama ketika pendulum politik bergeser ke kanan, dan warga sipil gamang mengambil sikap seperti yang kini terjadi di Indonesia. Buku ini jadi panduan bersikap yang praktis dan nyata bagaimana menyusun strategi di era pengap.
Dalam kata pengantar buku, Gus Dur misalnya memberi contoh betapa rezim diktator di banyak tempat sesungguhnya digerakkan oleh kekuatan militer. Gus Dur memberi contoh dari Salazar di Portugal hingga Gestapo Nazi di Jerman. “Kediktatoran selalu bersifat militeristik, walaupun baju yang digunakan bisa macam macam,” ujar Gus Dur.
Gus Dur yang kenyang oleh intimidasi gaya militer menyebut rezim militer di manapun selalu tertutp pengambilan keputusan karena tak diajarkan penghormatan pada perbedaan pendapat. Keputusan tertutup akan disusul keputusan tertutup lainnya karena memang ketika akan ditegakkan butuh bantuan militer. “Menerima kebenaran obyektif dari rakyat adalah hukuman mati bagi rezim diktator,” sambung Gus Dur.
Risalah kecil ini memang renyah dan menggerakkan. Gene Sharp (bukan merek elektronik tentu) seperti sedang menulis buku buku “how to” yang sangat mungkin diaplikasikan. Ia menulis misalnya “Dari mana datangnya kekuasaan?’, “Diktator memiliki kelemahan” atau”Merancang Strategi” dan cukup banyak panduan singkat lain.

Paling menarik adalah bab “Menjalankan pembangkangan politik”, Grene menulis rinciannya sebagai berikut
- Penting saling menguatkan dan memberikan keyakinan dalam bentuk bersuara, terutama pada saat warga seperti tak berdaya pada praktek politik dekaden.
- Pilih isu yang diterima luas, tak bisa disangkal (isu kemacetan, pajak atau PAM) di tahap awal perlawanan. Ini penting agar ketika kampanye berhasil, publik punya keyakinan mereka punya kekuatan nyata.
- Aksi simbolik penting, terutama bila yang terlibat masih sedikit. Taruh karangan bunga di lokasi yang menyimpan sejarah perlawanan. Misalnya Universitas Atmajaya Jakarta, makam pahlawan reformasi di Tanah Kusir atau gedung gedung yang pernah terbakar saat Mei 1998.
- Jika jumlah semakin besar, aksi simbolik bungkam dilanjutkan dengan tidak beraktivitas selama waktu terbatas juga penting. Ini memberi pesan warga punya kendali pada isu publik.
- Bagi peran dan tanggungjawab dalam kampanye perlawanan. Mahasiswa bersuara dalam konteks mahalnya biaya pendidikan, kaum agamawan bersuara dalam konteks pemberantasan korupsi, buruh bersikap dalam konteks keadilan upah atau jam kerja. Perlawanan selektif penting untuk mempertahankan otonomi warga ada di luar kendali penguasa.
- Ketika sudah dapat dukungan jangka panjang, arahkan ke kekuasaan diktator. Buat rencana lebih ambisius, non koperasi untuk memangkas sumber kekuasaan rezim.
- Buat strategi memperlemah dukungan kelompok organisasi sipil yang mendukung rezim, misalnya ormas keagamaan.
- Pilah loyalitas militer dan polisi, hitung apakah mereka dapat dipengaruhi gerakan demokrasi? Kirim pesan bahwa gerakan sipil, kuat, tegas dan teguh. Pembangkangan hny untuk menjatuhkan penguasa, bukan melawan tentara.
- Perlu evaluasi terus menerus pada strategi gerakan dan berpikir langkah selanjutnya jika keberhasilan datang lebih cepat.
Dari buku Menuju Demokrasi Tanpa Kekerasan: Kerangka Konseptual untuk Pembebasan, penulis Gene Sharp, alih bahasa Sugeng Bahagijo. (Wikana)