Otakotormedia – Jelang bulan suci Ramadhan, tiga musisi besar asal Bandung yaitu Koil, Kuburan Band, dan Doel Sumbang menghadirkan sebuah kolaborasi unik lintas generasi dalam meremake lagu pop Sunda legendaris, “Tuturut Munding”.
Lagu yang pertama kali diciptakan oleh Doel Sumbang pada era 1990-an ini kini diaransemen ulang dengan sentuhan yang segar dan berbeda, menggabungkan elemen-elemen musik yang kaya.
Lagu pop Sunda ini kini diaransemen ulang dengan perpaduan nuansa rock, disertai elemen synthesizer, sinkopasi progresif rock, dan sentuhan musik Timur Tengah. Aransemen baru ini memberikan warna yang berbeda, menjadikan lagu tersebut lebih dinamis dan menarik bagi pendengar masa kini.
Baca Juga: Helloween Siap Mengguncang Jogjarockarta 2025 dengan ’40 Years Anniversary Tour’
Kolaborasi ini semakin terasa menarik dengan hadirnya video klip yang menyampaikan pesan moral yang relevan, namun dibalut dengan humor yang menghibur.
Lagu “Tuturut Munding” dirilis menjelang bulan Ramadan, tepatnya pada 26 Februari 2025, melalui berbagai platform digital seperti YouTube dan Spotify. Lagu ini dipilih karena liriknya yang nakal dan jenaka, yang menceritakan tentang fenomena sosial menjelang bulan puasa.
Dalam liriknya, sang pencipta, Doel Sumbang, menyindir kebiasaan orang yang cenderung mengikuti perilaku orang lain tanpa memahami esensi sebenarnya, terutama dalam menjalankan ibadah puasa.

Mengapa Memilih Lagu ‘Tuturut Munding’?
Pemilihan lagu ini berawal dari inisiatif band Kuburan yang sejak November tahun lalu menjalin kolaborasi dengan Koil. Saat bertemu di studio latihan, mereka sepakat untuk mengajak Doel Sumbang turut berpartisipasi dalam proyek ini.
Baca Juga: Video Klip Lagu “Sambutlah” dari The Jeblogs, Membuka Ruang Bersama dalam Merespon Karya Visual
Meskipun ketiga musisi ini memiliki karakter musik yang berbeda, mereka tetap mempertahankan karakter asli dari lagu tersebut. Keikutsertaan Doel Sumbang diharapkan dapat memperkuat nuansa autentik tanpa menghilangkan ciri khas yang sudah melekat pada lagu legendaris ini.
Menurut Raka Auliantara, personel band Kuburan, pemilihan lagu “Tuturut Munding” dekat dengan pengalaman sosial, dan tetap relevan dengan perubahan zaman, khususnya menjelang bulan puasa.
Lagu ini tetap relevan dengan perubahan zaman dan mengandung sindiran yang tajam terhadap berbagai fenomena yang terjadi pada bulan Ramadan.
“Tuturut Munding”, yang berarti ‘mengikuti kerbau’, adalah istilah populer di kalangan masyarakat Sunda untuk menggambarkan orang-orang yang mudah terpengaruh atau mengikuti orang lain tanpa pertimbangan.
Menurut Doel Sumbang, lirik lagu tersebut sebenarnya merupakan sindiran terhadap mereka yang melanggar kewajiban agama, seperti berpuasa, namun lebih fokus pada mengikuti tren atau perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan esensi ibadah tersebut.
Dengan kolaborasi ini, “Tuturut Munding” tidak hanya menawarkan kembali nostalgia terhadap lagu lama, tetapi juga menyajikan sebuah karya yang segar dan penuh makna, diiringi dengan sentuhan musik yang kaya dan pesan yang tetap relevan dengan kondisi sosial hari ini. (QQ)