Otakotormedia – Pada perayaan 25 tahun Demajors, kami berkesempatan untuk berbincang dengan Gerry dan Gilang Fresandy, basis dari Dirty Ass, sebuah band asal Tangerang yang dikenal dengan gaya musik garage rock, punk, dan rock n roll penuh energi.
Dalam wawancara eksklusif ini, mereka berbagi cerita mengenai perjalanan panjang mereka dalam bermusik, tantangan dalam membagi waktu antara pekerjaan, ngeband, dan Elang Terbang Kolektif. Serta bagaimana mereka dapat bisa berkoneksi dengan scenester lain di kancah musik internasional.
Dirty Ass, band yang beranggotakan Gerry Lainil Fauzi (Vokal dan gitar), Bayu Samudro (drum) dan Gilang Fresandy (bass) telah merilis beberapa album, termasuk EP, split album, dan juga kompilasi.
Mereka dikenal sebagai band yang produktif dalam berkarya, dengan rilisan seperti vinyl ‘7 inch’ dan ‘12 inch’ yang sempat dirilis di US dan Belanda.
Tahun 2023 Dirty Ass merilis album 7″ Setubuhi Dirimu Sendiri – Slovenly Recordings (US) dan 12″ 4Way Split w/ HONG!, Fake Fun & Squeling Nipples (Netherland) – Fuckingtrash Records.
Kemudian di tahun 2024 mereka merilis, Dirty Ass Live Albums (Digital on Bandcamp), dan Manifes Cassette Version via Greg Mike & Kim (IN) & Yaarrgghhh Records (MY). Terakhir tahun 2025 Album 7″ Manifes – Demajors Records (IN).
Dalam percakapan ini, Gerry dan Gilang menjelaskan bagaimana mereka mengelola waktu untuk menjaga eksistensi band, meskipun masing-masing personel juga memiliki proyek lainnya.
Mereka juga membahas mengenai pengaruh Elang Terbang kolektif terhadap karir mereka. Sebagai tempat bermain yang memberikan banyak kesempatan untuk berkolaborasi dengan band-band lain serta membangun jejaring yang lebih luas.
Melalui cara ini, Dirty Ass mampu menjangkau pasar internasional, baik di negara tetangga seperti Malaysia, dan Singapura, hingga merambah ke pasar Amerika Serikat dan Belanda.

Berikut wawancara dengan Gerry, vokalis sekaligus gitaris dan Gilang, basis Dirty Ass:
A: Dirty Ass dikenal sebagai band yang cukup produktif di kalangan teman-teman dari Tangerang dan juga kolektif Elang Terbang. Gimana caranya bagi waktu, antara kerja, ngeband, dan kolektif?
Gerry: Yang jelas karena kita senang sih melakukan itu semua ya. Ya lu tahu kan istilahnya kayak lu lagi jalan di sebuah gunung dan lu terperosok di sebuah jurang yang dalam dan lu nggak bisa naik. Nah kita udah kayak gitu sebenarnya. Udah di posisi itu. Udah di posisi yang sulit untuk nggak main musik kayaknya ya. Jadi kayaknya itu doang yang bisa lu lakuin.
Gilang: Basicnya karena udah senang main musik aja. Udah nyemplung.
A: Kalian udah berapa album sih, empat ya? Hampir 10 rilisan ya?
Gerry: Pokoknya kalau album tiga, terus kalau sama EP sendiri dua. Sama ada beberapa EP dan split album. Iya kompilasi sama beberapa rilis single gitu. Tapi kalau berbicara album fisik mungkin nggak sampai 10 ya. Terakhir itu kita rilis (vinyl) ‘7 inch’ sama ’12 inch’ di US sama di Belanda.
Gilang: Nggak sampai sepuluh. Triway split, Fourway split. Beberapa kompilasi.
A: Apa yang bikin Dirty Ass masuk radar teman-teman di luar negeri, khususnya kayak di US atau Belanda? Sementara banyak band-band di Indo yang agak kesulitan untuk menjangkau ke sana. Tips-nya mungkin?
Gilang: Networking. Networking pasti. Ya bener. Nah kalau misal kayak lu sebatas kenalan di Facebook aja sebatas ngobrol-ngobrol gitu, mungkin nanti bisa meluas jaringannya. Itu kalau menurut gue sih nggak usah ragu-ragu untuk approach orang. Apalagi kayak mungkin let say dia punya record label atau dia di band yang musiknya sama kayak kita. Jadi kita bisa sharing-sharing gitu sih.
Gerry: Digging a rabbit hole. Iya, nebelin ya. Gue nebelin statement Gilang. Sebenarnya sama tuh kurang lebih. Terus memanfaatkan semua aset yang kita punya ya. Bandcamp itu kan memberikan kita akses untuk kita bisa komunikasi kan sama followers. Itu juga sering kita maksimalin.
Jadi gue sering korespondensi sama banyak fans gue, katakan ‘pendengar’ aja ya, ‘listener’ kita di Bandcamp, terus di Facebook. Terus ya sama kayak layaknya band yang ber-kolektif dari band yang datang ke Indonesia melalui Tangerang gitu. Dari beberapa circle kita di luar Tangerang saling lempar-lempar dan segala macam, itu yang kita maintenance tuh sampai hari ini. Dan akhirnya membuat kita sampai di-notice sama banyak orang di luar negeri. Kayak gitu sih.

A: Kalian kan terlibat di kolektif Elang Terbang, ada nggak pengaruhnya sama milestone-nya Dirty Ass?
Gerry: Waduh, itu jelas banget tuh, berpengaruh besar tuh ya. Justru itu, yang membentuk sebagaimana mental kita sekarang. Anjing..
Gilang: Itu krusial itu. Betul. Karena emang kita awal-awal sering banget main di Elang Terbang kolektif, dan kita menyambut band-band yang datang. Apalagi main pertama, jadi band pembuka kan. Itu karena nggak ada yang mau main pertama, cuma kita, Dirty Ass sih. Ya terus akhirnya menjalin komunikasi, menjalin koneksi juga dengan band yang lagi tour.
Gerry: Iya jejaringnya sih. Eee, di Elang Terbang tuh kayak semacam rekreasi kita untuk bisa mengenal banyak orang ya. Terus bisa memperkenalkan musik kita secara sehat gitu. Misal gue secara personal aja, dari Elang Terbang tuh gue belajar akhirnya gue membentuk sebuah records (Roaches Records), label yang membantu teman-teman di Tangerang juga.
Itu semua adalah tempat bermain. Roaches Records, tapi udah nggak ada sekarang, 2025. Itu label dari Dirty Ass, gue dan Bayu (drummer) yang bikin. Eee itu di momen-momen saat itu kita mau membubarkan Dirty Ass justru fun fact-nya. Tapi akhirnya malah merilis band dia yang lain, terus akhirnya keterusan. Itu jujur sungguh rumah yang menyenangkan.

A: Masing-masing personel Dirty Ass punya banyak proyek. Gimana bagi waktu atau ada plan khusus?
Gilang: Ya kalau kita sih sebenarnya fair-fair-an aja. Janji duluan mana yang kita buat. Kayak misalnya ada tawaran manggung, “Ya sorry nih kita nggak bisa. Gue udah ada main sama band sebelah.” Atau misal minggu gue kerja, let say nggak bisa. Ya paling dikomunikasikan aja. Kita selalu punya solusinya kok. Either nyari pemain pengganti atau gimana.
Gerry: Komunikasi sih sebenarnya. Ya kan, menurut gue nih setiap permasalahan manusia itu dari bentuk komunikasinya. Ajeeng.. Ya kayak gitu sih.
A: Apakah proyek di band lain jadi alter ego kalian selain Dirty Ass? Misal Gerry sama HONG! juga kencang merilis karya. Itu gimana?
Gilang: Kalau gue kayaknya semua band itu alter ego gue. Yang main ego-nya adalah seorang karyawan. Hahaha. Kalau lu gimana Ger?
Gerry: Hahaha. Ya sebenarnya sama, itu tadi nggak ada yang ngeganggu satu sama lain selama memang lu udah tahu dari awal konsekuensinya. Gue sama Gilang tuh ada tiga, selain Dirty Ass, ada The Regards, dan Protense. Itu tiga-tiganya berbeda tuh, yang mana musiknya berbeda. Karena memang punya komitmen dan komunikasi yang bagus ya kita bisa jalan kayak gitu. Walaupun ditengah kesibukan kita lagi kerja, atau hal lainnya.
Gilang: Tapi kalau gue pribadi nggak bisa statement kalau “Oh gue nih Dirty Ass aja. Atau gue The Regards aja.” Pokoknya semua band yang ada gue-nya ya gue. Emang gue suka main musik aja. Nggak pengen self-proclaim. Anjayyy..
A: Tips and trick biar bisa rutin tour, bahkan bisa sampai ke luar negeri?
Gilang: Emang setahun sekali rutin ya Ger?
Gerry: Rutin sih kayaknya.
Gilang: Sebenarnya kita tour itu biasanya kalau ada rilisan baru ya. Misalnya ada rilisan baru, berarti rekaman nih. Oh rekaman nanti akan rilis dong. Nanti setelah rilis kita tour kali ya. Itu kayak udah di planning aja sih. Yang pasti balik lagi ke komunikasi, terus gue nyiapin cuti juga.
Gerry: Sama sih. Kalau dibilang rajin, eee, tahun kemarin berapa, 10 kota, 2 negara. Tapi bisa begitu karena memang di bisa-bisain ya.
A: Secara finansial gimana untuk tour?
Gerry: Secara finansial, band ini sudah bisa memberikan finansial sendiri untuk berbagai macam kegiatan untuk band ini.
Gilang: Alhamdulillah udah bisa motek-motek dari finansial band ini sih.
Gerry: Udah bisa me-manage bagaimana band ini bisa menghidupi band itu sendiri. Jadi kita bisa dibilang sudah tidak punya beban untuk membiayai si band sebenarnya kayak gitu. Walaupun itu memang butuh proses untuk di titik kayak gitu. Proses yang cukup lama sih.
Sebenarnya bisa asal lu mau konsisten aja sih. Ya kayak misalkan gini, gue rilis Manifes sama Demajors dalam bentuk (vinyl) ‘7 inch’ gitu ya, yang nanti tahun ini akan rilis. Kita udah nge-set, kita akan melakukan tour di beberapa kota. Tapi kita akan membuat waktu-waktu yang memungkinkan bisa kasih masuk agenda band. Nggak dipaksain.

Gilang: Disesuaikan aja sama jadwal masing-masing. Tetap fleksibel.
A: Tahun ini Dirty Ass mau ngapain lagi?
Gerry: Ya itu tadi, album Manifes rilis vinyl ‘7 inch’ oleh Demajors. Langsung tour. Kayaknya lokal dulu. Ya tapi kalau ada rejeki boleh. Siapa tahu ke Afrika. Hahaha.
Gilang: Ke Kenya, main di Kenya.
Gerry: Hahaha. Ya tapi kemanapun, untuk sementara waktu kita sudah punya plan-nya. Yang jelas kita akan tour. Daerah mananya mungkin belum bisa di-spill. Karena masih nunggu waktu kapan ini mau rilis sih, kayak gitu.
Gilang: Mungkin kalau kontak-kontak kita boleh lah. You Call, I Show. (*)